Pak Prabowo, Pilihlah Teman yang Setia dan Tak Berbohong
Sudah berapa kali Prabowo Subianto dibohongi lalu ditinggalkan kawan politiknya? Cukup banyak. Ratna Sarumpaet hanya menambah daftar panjang pelaku yang secara tega menikam Prabowo.
Sebelum kasus Ratna mencuat, ada Joko Widodo. Diusung oleh Prabowo dalam Pilgub DKI Jakarta 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang jadi wakilnya, Jokowi menang. Seingat saya, di menit-menit akhir Prabowo terus berusaha membujuk Megawati agar bersedia mengusung duet Jokowi-Ahok.
Tak sampai dua tahun, Jokowi justru jadi rival politik Prabowo dalam Pilpres 2014. Keduanya head to head meraih kursi RI-1 dan berujung pada kemenangan Jokowi.
Lalu ada Ahok. Mantan politisi Golkar itu juga dimunculkan oleh Prabowo saat Pilgub DKI Jakarta 2012. Sukses menduduki kursi wagub, karir Ahok terus melejit jadi gubernur menggantikan Jokowi yang terpilih jadi presiden.
Ahok kemudian keluar dari Gerindra, partai besutan Prabowo. Hingga kemudian menjadi lawan politik Prabowo.
Sebelum Jokowi dan Ahok, Prabowo juga dibohongi oleh PDIP. Bermula saat Pilpres 2009 kala Mega berduet dengan Prabowo. Katanya ada perjanjian si Batu Tulis, Bogor yang menyepakati bahwa PDIP akan mengusung Prabowo sebagai capres dalam Pilpres 2014.
Apa mau dikata, perjanjian itu tak pernah terealisasi. Megawati dan PDIP meninggalkan Prabowo dan lebih memilih Jokowi.
Prabowo juga ditinggalkan PAN, PPP, dan Partai Golkar. Ceritanya begini. Dalam Pilpres 2014, terbentuklah Koalisi Merah Putih. Ada Gerindra, Golkar, PKS, PAN, dan PPP. Mereka mengusung Prabowo-Hatta sebagai capres-cawapres. Hasilnya kalah.
Usai itu, satu per satu partai balik badan, merapat ke Jokowi. Yang tersisa hanya PKS dan terus setia sampai kini menjadi oposisi bersama Gerindra.
Apa pelajaran maha penting dari itu semua?Pilihlah teman politik yang setia dan tidak berbohong.
Adakah? Ada! Dan itu PKS yang terbukti setia dan tak pernah berkhianat selama ini.
Prabowo-Sandi butuh PKS di tengah hutan belantara politik yang beringas. Apalagi tahun depan pilpres dan pileg dilakukan secara bersamaan. Prabowo-Sandi butuh partai yang kuat di parlemen jika ingin pemerintahannya stabil dari goyangan oposisi.
Dan sekali lagi, dari pengalaman yang ada, PKS terbukti setia meski harus melalui masa-masa sulit sebagai oposisi. PKS adalah anomali dari adagium politik: tidak ada kawan abadi dalam politik, yang ada adalah kepentingan yang abadi.
Akankah Prabowo menyadari ini? Semoga saja, kecuali jika Prabowo siap untuk dibohongi dan ditikam lagi oleh kawan politiknya.
Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis
Post a Comment