Masih Adakah Izzah yang Tersisa?
Empat tahun terakhir tubuh umat Islam luluh lantak. Diserang dari kiri, kanan, atas dan bawah. Dihajar dari 8 penjuru mata angin. Dari nilai, simbol hingga identitasnya.
Sebagai sebuah agama, Islam distigmatisasi sebagai ajaran radikal, fundamentalis dan anti demokrasi. Ajaran Islam dituduh tidak ramah dengan lokalitas dan direduksi melalui jargon Islam Nusantara.
Islam semakin sering dinista. Diawali oleh Ahok, lalu diikuti oleh warga biasa hingga komedian. Pelakunya banyak yang dibiarkan begitu saja.
Ulamanya dipersekusi. Dikejar dan dihadang di banyak bandara saat hendak berdakwah. Ulamanya juga dianiaya 'orang gila' hingga babak belur lalu wafat. Ulamanya dituduh pula sebagai pelaku mesum, dizalimi, di penjara.
Nabi Muhammad saw dihina, dilecehkan dengan kata-kata tak pantas. Umatnya diadu domba, dituduh penyebar hoax, anti NKRI dan Pancasila.
Puncaknya, kalimat Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah tak lagi sakral. Kalimat yang tertera dalam sehelai kain dianggap .sebagai bendera HTI dan sah untuk diinjak lalu dibakar secara demonstratif.
Relasi Negara vis a vis Islam sangat antagonistik. Melebihi apa yang pernah terjadi pada Orde Baru sekalipun. Dan itu terjadi dalam kurun waktu yang singkat: 4 tahun!!!
Masih adakah izzah yang tersisa?
Ada, jika kita bersatu, bergandengan tangan dan menyusun barisan
. إِنَّ الَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ
مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Erwyn Kurniawan
Post a Comment