Refly Harun: Sebuah Anomali Pengkhianatan Kaum Intelektual
La trahison des Clers. Buku karya Julian Benda pada 1920-an ini sontak terlintas dibenak saya saat mendengar kabar pencopotan Refly Harun sebagai Komisaris Utama PT Jasa Marga.
Dalam bahasa Indonesia, kitab tersebut berjudul Pengkhianatan Kaum Intelektual. Isinya soal kegelisahan Benda melihat fenomena kelompok intelektual masuk dalam lingkaran kekuasaan.
Benda menulis, tugas seorang cendekiawan/intelektual bukan untuk mengubah dunia, tetapi untuk tetap setia kepada suatu cita-cita yang perlu dipertahankan demi moralitas umat manusia, seperti keadilan (la justice), kebenaran (la verite) dan rasio (la raison).
Benda mengkritik kaum cendekiawan yang masuk pada pusaran kekuasaan yang disebutnya sebagai penghianatan kaum intelektual. Hal ini kesalahan yang tidak terampunkan dari seorang intelektual.
Mereka harus menjadi moral oracle (orang bijaksana penjaga moral) sekaligus menjadi penyambung lidah rakyat untuk menyampaikan prinsip-prinsip moral. Mengambil jarak dengan proses-proses politik, bukannya menggunakan kemampuan intelektualnya untuk mendukung kubu politik tertentu.
Melihat pencopotan Refly, jika saja Benda masih hidup, mungkin dia akan tersenyum manis. Pakar Hukum Tata Negara itu tetap kriris meski berada di lingkaran kekuasaan sebagai pejabat BUMN. Bahkan sebelumnya Refly mundur sebagai staf khusus Setneg, posisi yang banyak diimpikan orang.
Dukungan mengalir pada Refly di media sosial. Kata warganet, dia dicopot karena tetap kritis dan berhati nurani walau ada di pusaran kekuasaan.
Ratna_Spaet: Apa dosa Bang @ReflyHZ dicopot tiba2 dari posisinya sbg Komisaris Utama Jasa Marga? Karena dia tetap kritis. Tetap menjaga tanggung-moralnya sebagai intelektual. Tidak berubah jadi bebekbebek pengekor seperti umumnya pejabat TERAS Pemerintah.
@teh_sophie78: Ketenangan dan kebahagian ketika bisa berfihak pada kebenaran, jauh lebih penting dibandingkan dengan jabatan tapi mengingkari kebenaran hati nurani.
Kesimpulannya, Refly adalah anomali pengkhianatan kaum intelektual yang diresahkan Benda.
Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis
Post a Comment