Ijtima' Ulama dan Ujian Ketaatan Umat
Kepada ulama yang berijtima', banyak di antara kita yang bersu'udzon dan meragukannya. Menilai mereka bagai kumpulan orang-orang polos dan lugu. Juga buta politik.
Ketika sekitar 600 ulama menyebut Prabowo Subianto sebagai capres dan Habib Salim Segaf Aljufri-Ustadz Abdul Somad sebagai cawapres, kita menganggap mereka sekadar memberikan rekomendasi dan "asal-asalan".
Lalu ramai-ramai kita mendelegitimasinya. Menyerang kemudian menjatuhkannya dengan berbagai cara.
Padahal, saat tiga nama itu tersebut, itu sudah satu paket dengan kesiapan dan totalitas para ulama untuk memperjuangkannya.
Simak apa kata Habib Rizieq Shihab saat membuka acara Ijtima' Ulama di Jakarta, Jumat (27/07).
"Jangan pernah khawatir soal elektabilitas dan logistik dan posko pemenangan," ujar Habib Rizieq Shihab melalui rekaman suara yang diperdengarkan kepada peserta.
Dalam hal logistik, Habib Rizieq berkomitmen untuk menghimpunnya. "Logistik akan kita galang," tambahnya.
Sementara, soal elektabilitas ia juga mengaku akan menggenjotnya bersama ulama dan umat.
"Seluruh rumah umat di tanah air akan jadi posko pemenangan," kata Habib Rizieq lagi.
Ini yang berkata seorang Habib Rizieq. Ulama yang kadung dikenal dengan kegigihannya. Militansi dan kharismanya.
Aksi 411 dan 212 yang melegenda, diakui atau tidak karena keberadaan Habib Rizieq.
Bahkan, mubahalah yang dilakukannya, diduga kuat oleh warganet sudah banyak memakan korban.
Jadi jangan pernah menganggap remeh ijtima' mereka. Jangan pernah underestimate dengan nama Habib Salim.
Pencoblosam Pilpres bukan Agustus ini. Tapi April 2019. Masih ada rentang waktu 8 bulan. Cukup panjang untuk mendongkrak elektabilitas.
Saya membayangkan, bagaimana militansi ulama, umat dan kader-kader PKS dalam berjuang. Dahsyat! Pilgub Jabar dan Jateng jadi saksinya.
Apakah PKS ngotot dan haus kekuaaaan? Mbok ya lihat rekam jejak PKS dulu. Dalam Pilgub DKI Jakarta, PKS legowo menarik Mardani Ali Sera jadi cawagub. Saat Pilgub Jabar, juga lapang dada tidak menduetkan Ahmad Syaikhu dengan Deddy Mizwar.
Lagi pula, nama Habib Salim muncul dari ijtima' ulama, bukan disodorkan PKS. Dan PKS pun tidak masalah jika pada ujungnya Ustadz Abdul Somad yang jadi cawapres. Habib Salim sendiri secara tegas menyatakan UAS lebih pantas.
Inilah cara Allah menguji kita, umat Islam. Mau atau tidak taat kepada para ulama yang selama ini kita jadikan panutan.
Pilpres 2019 ini momentumnya. Saat paling tepat kita mengubah kerumunan menjadi himpunan. Mengubah kumpulan menjadi barisan yang kokoh dan tersusun rapih.
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash Shaf: 4)
Erwyn Kurniawan
Penulis dan Jurnalis
Post a Comment