Ustadz Abdul Somad, Sosok Ulama Dalam Siklus 100 Tahunan
Sosok Ustadz Abdul Somad terus menjadi bahan perbincangan. Da'i asal Riau itu menyedot perhatian publik. Jamaah yang mengikuti pengajiannya membludak di mana-mana. Dan banyak orang yang membuat tulisan tentang dirinya.
Salah satunya artikel yang ada dibawah ini. Seorang warganet memuat tulisan tentang fenomena Ustadz Abdul Somad di akun facebooknya tanpa diketahui siapa penulisnya.
Berikut isi lengkapnya:
Saya hormat dan angkat topi pada KH Abdul Somad. Saya amati berkali-kali, ternyata ulama muda asal Riau ini adalah ulama muda yang selama ini saya cari-cari. Beliau sama sekali bukan representasi dari dai-dai muda yang marak beraksi di televisi, yang minim pengetahuan agamanya. Beliaulah, di mata saya, ahlus shidqi wal wafaa. Di jajaran ulama yang berpengetahuan sejajar, KH Abdul Somad saya yakin tetap punya kharisma tersendiri.
Sebab ketika selama ini saya ketahui banyak ahlul ilmi yang memilih duduk mengajar di majlis-majlis ilmu dan lebih jauh menulis buku, ulama muda lulusan Mesir dan Maroko ini juga menghafal dan menulis kitab, bahkan ia bisa tampil sebagai orator yang memukau.
Tata bahasa dan penguasaan retorikanya sangat baik, sehingga khutbahnya terasa sederhana, namun mendalam. Sesekali memang terkesan eksplosif, namun karena terbingkai dalam argumentasi ilmiah yang kokoh, maka justru kekuatan beliau sebagai ulama muncul.
Ulama sejati pasti akan menemukan jalan yang berat. Terlihat bagaimana KH Abdul Somad mulai mendapatkan cibiran dan hinaan di media sosial. Ini tentu belum seberapa dibanding perjuangan para ulama terdahulu.
Saya kagum pada ulama muda ini, sebab beliau menguasai ilmu-ilmu yang dulu saya gemari dan ingin sekali saya kuasai. Namun otak saya tak sampai. Daya hapal saya jauh di bawah beliau.
Sebagai santri, saya bisa membayangkan bagaimana beliau dulu mempelajari ilmu-ilmu yang beliau kuasai kini. Pasti susah sekali. Payah sekali.
Belum lagi pengorbanan beliau meninggalkan kemeriahan masa remaja dan memilih sunyi bersama kitab-kitab kuning adalah langkah yang berat, namun insya Allah ringan bagi yang khusyu dan khidmat.
Di awal abad 18, peradaban Islam di seantero Melayu terkenang gagah perkasa. Kitab-kitab hukum Islam dan thariqat banyak lahir di tanah Melayu. Bahkan kitab-kitab sastra harum semerbak di Melayu masa itu.
Kini Melayu tidak lagi tidur. Ia seperti sedang bangkit bersama KH Abdul Somad. Berdiri dari mimbar ke mimbar. Duduk dari satu majelis ke majelis lainnya. Ketahuilah, kini kita sedang hidup bersama seorang ulama yang oleh Imam Ghazali dikatakan muncul dalam siklus 100 tahunan.
Kita bersyukur, di masa kita hidup kini, kita bisa bertemu dengan sosok itu. Sedih rasanya jika saya bayangkan KH Abdul Somad wafat hari ini, maka Indonesia harus menunggu 100 tahun lagi untuk mendapatkan penggantinya.
BRAVO ULAMA MUDA!!! ULAMA PENUH SEMANGAT DAN KEBERANIAN!!! CERDAS DAN LUGAS!!! SELAMAT MENJALANI AMANAH DAN SELAMAT MENJALANI HARI-HARI BERAT!!!
"Innash shalaata lakabiiratun illa 'alal khasyi'iin...."
Post a Comment