Untuk Rina Nose: Kita Butuh Tuhan
Samidi : Tadz, banyak temenku ramai membahas tentang pernyataan dari seorang artis. Katanya "Kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan". Ada pencerahan tadz?
Mukidi : Oh pernyaaan yang itu ya? Itu seperti lahir dari konsepsi antroposentris, yang menempatkan manusia sebagai sumber kebijaksanaan, standar kebajikan dan ukuran kebenaran. Pernyataan seperti itu tentu hanya memandang dalam kacamata duniawi semata, tidak sampai ke akherat. Pernyataan seperti itu tidak akan pernah lahir dari agama manapun. Karena didalam agama, apapun agamanya, pasti ajarannya mengandung doktrin keselamatan yang bersifat eksklusif. Jadi tidak berlebihan jika pernyataan seperti itu mengarah ke paham atheis. Atau minimalnya paham pluralis.
Samidi : Kalau ditimbang dari kacamata islam, pernyataan seperti itu benar atau salah tadz?
Mukidi : Menurut agama apapun, pernyataan seperti itu jelas salah. Pernyataan itu lahir bukan dari ajaran agama, tapi dari paham filsafat. Kalau ditimbang dari sudut agama islam, juga sangat salah. Kalau pendapat itu benar, niscaya Nabi Sulaiman tidak akan berdakwah kepada Ratu Balqis. Karena negeri Saba yang dipimpinnya itu sangat makmur dan sejahtera. Tidak ada kezhaliman sebagaimana yang terjadi di Mesir dibawah kepemimpinan Raja Fir'aun.
Kesalahannya cuma satu saja, sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-Hud, yakni mereka menyembah matahari. Karena hal itulah, akhirnya Nabi Sulaiman berdakwah dengan stategi dan style khusus, agar Ratu Balqis dan seluruh rakyatnya beriman kepada Allah. Dari kisah ini kita belajar, bahwa kemajuan, kemakmuran, kesejahteraan dll yang telah dicapai, bukan alasan bahwa manusia tidak lagi butuh Tuhan.
Samidi : Hm, betul juga ya tadz. Kalau boleh tahu, kira - kira kapan manusia mencari dan merasakan kebutuhan atas adanya Tuhan?
Mukidi : Bagi orang yang berakal, mereka mulai mencari Tuhan saat kesadaran menghampiri nuraninya. Sebagaimana halnya perjalanan spiritual Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Awalnya dia menyangka bintang, bulan dan matahari itu Tuhan. Lalu dia sadar bahwa Tuhannya adalah Tuhan semesta alam. Pada diri Muhammad, beliau mulai beruzlah digua hira untuk melakukan perenungan dan mencari kesejatian jelang ùsia 40 tahun. Sampai akhirnya malaikat Jibril datang kepadanya dengan membawa wahyu.
Nah, bagi orang - orang awam dan ahli maksiat seperti kita, biasanya butuh kepada Tuhan saat situasinya kepepet, dihimpit kesulitan, ditempa kemalangan atau mengalami bencana. Didalam Al Qur'an malah kita diberi gambaran yang vulgar, yakni saat berlayar ditengah laut, lalu gelombang menghantam kapal dengan dahsyatnya. Saat itulah, kita akan berdoa dengan khusyuk kepada Tuhan. Saat itulah kita merasakan butuh akan adanya Tuhan, agar kita diselamatkan dari musibah.
Sedangkan bagi para pendosa dan mereka yang rusak jiwanya, maka dengan sombongnya mengatakan tidak butuh Tuhan. Didalam Al Qur'an, ada kisah Raja Namrudz dan Raja Fir'aun yang hidupnya serba kecukupan dan berkelimpahan, sehingga tidak butuh Tuhan. Lebih parah lagi, mereka malah mengatakan "Ana rabbukumul a'laa".
Samidi : Tadz, kira - kira kenapa ada orang bisa memiliki mindset nyleneh begitu ya?
Mukidi : Faktornya bisa banyak. Boleh jadi, dia terpengaruh dengan filsafat yang menyimpang. Belajar agama itu pegangannya Al Qur'an dan Hadits, bergurunya kepada ulama. Kalau pegangannya filsafat dan bergurunya kepada nonmuslim, urusannya bisa runyam. Diantara contoh filsafat yang menyimpang adalah filsafat perenial, paham pluralis dll. Faktor lain, bisa karena kejahilan, pengaruh pertemanan, ikut arus, depresi dll.
Samidi : Lalu bagaimana caranya agar kita bisa selamat dari pengaruh paham yang seperti itu tadz?
Mukidi : Selain istiqamah dalam beramal dan bersahabat dengan orang shaleh, salah satu kunci terbaik adalah dengan menanamkan kecintaan yang kuat kepada akherat. Kita yakin bahwa ada kehidupan setelah mati, ada qishas, penimbangan amal, ada balasan berupa surga dan neraka dll. Cinta kepada kehidupan akherat mampu memudahkan kita beramal shalih serta membentengi aqidah dari paham - paham sesat. Karena itulah, saat awal dakwah, sendi keimanan yang sangat ditekankan cuma 3, yakni iman kepada Allah, iman kepada rasulullah dan iman kepada hari akhir.
Samidi : Ada pesan khusus untuk kami jadikan pegangan tadz?
Mukidi : Ada. Ini malah datangnya langsung dari Allah, untuk menjadi pegangan kita semua. "Ya ayyuhalladziina aamanuut taqullaaha haqqa tuqaatihi, walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun". Jagalah iman didalam dada kita semua. Kita ingin hidup sebagai orang beriman, ingin meninggal dalam kondisi beriman dan ingin dibangkitkan dalam kondisi membawa iman.
Samidi : Ayat itu sering sekali kami dengar dimimbar jum'at. Siap laksanakan tadz.
Mukidi : Jangan lupa juga banyak - banyak berdoa "Ya muqallibal quluub, tsabbit qalbi 'ala diinika".
Samidi : Siap tadz. Kabarnya, itu termasuk diantara doa yang paling sering dipanjatkan oleh Rasulullah ya?
Mukidi : Betul. Koq antum tahu?
Samidi : Iya. Soalnya kemarin baru saja dibahas dalam liqoat. He..9x.
Mukidi : Oh, pantes. Lanjutkan !!!
Eko Jun
Cilacap
Post a Comment