Wahai Musuhku Israel, Berterimakasihlah kepada Sebagian Saudaraku
Aku tahu bahwa kalian, Israel, ingin sekali menguasai seluruh tanah Palestina. Namun belum sepenuhnya cita-cita kalian terwujud. Daerah Tepi Barat dan Gaza tak kunjung takluk. Rakyat Palestina masih gigih melawan aksi pendudukan yang kalian lakukan.
Tapi apakah kalian tahu, bahwa sebagian dari saudara seimanku sangat berjasa kepada kalian. (Aku yakin kalian tahu, meski aku tak berani menuduh kalau itu justru agenda tersembunyi kalian). Ya, ada sekelompok muslim, berpenampilan meyakinkan seakan penjaga sunnah Nabi Muhammad saw, tetapi seruan-seruannya sangat mengganggu perjuangan Palestina, dan malah memperingan kerja zionis la'natullah.
Alih-alih mendukung sikap bertahan umat muslim di sana, mereka ini malah menyuruh penduduk di tanah para nabi itu agar hijrah. Seolah tak ada izzah, mereka berdalih "biarkan saja Allah yang menolong Al-Aqsho sebagaimana Ia telah mengutus burung yang melindungi Kakbah." Setelah berbicara begitu mereka berlepas tangan, membiarkan Israel merong-rong bangunan suci umat Islam yang harus dimuliakan.
Jauh sebelum mereka, Bani Israil – nenek moyang kalian, wahai bangsa Israel – telah mempelopori ucapan mirip seperti ini kepada Musa a.s. "Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja"." (QS Al-Maidah: 24)
Untuk membenarkan pendirian, mereka juga membawa hadits “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai, Turmudzi). Lalu hadits itu digunakan untuk menyalahkan aksi jihad yang membuat umat muslim jatuh korban. Padahal hadits itu adalah kecaman kepada pembunuhan, bukan mengecam jihad yang memang beresiko mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Mereka juga menjelek-jelekkan warga Palestina. Dituduhnya rakyat di sana belum benar aqidahnya, belum baik tauhidnya, banyak ahli bid’ah, jauh dari sunnah, dll.
Entah mereka tahu atau tidak, hidup dalam pengungsian tidak lah nyaman. Tempat tinggal, kebutuhan hidup, mata pencaharaian, semua serba susah. Belum tentu juga ada negara yang mau menampung.
Tentu kalian senang dengan ucapan mereka. Kalian begitu ingin agar penduduk Palestina pergi semua dari tanah airnya. Agar terwujud negara Israel Raya impian kalian yang luasnya mencakup Suriah, Turki, dan sebagian wilayah Arab Saudi. (Aku tidak tahu, bila kalian mulai mengincar sebagian daerah Arab Saudi, akankah saudara-saudaraku ini juga menyeru penduduk di sana hijrah?)
Dulu, rakyat Palestina hanya bisa menggunakan batu untuk melawan tank dan persenjataan canggih kalian. Lantas saudara-saudaraku ini mengeluarkan hadits Abdullah bin Mughaffal di mana Rasulullah melarang khadzaf (semacam gundu dari kerikil) yang dilempar dengan tangan. Dengan hadits tersebut, mereka menuduh pejuang Palestina melanggar perintah Nabi.
Padahal, larangan itu punya illat yaitu tidak bisa dijadikan alat berburu dan tak bisa membahayakan musuh. Tapi tentu hukum akan berubah kalau dalam keadaan terpaksa. Dalam perang, apa pun bisa digunakan sebagai senjata dalam rangka bertahan. Menurut hikayat, Nabi Daud a.s. membunuh Jalut dengan batu. Haqqul yaqin, andai ada peralatan perang yang lebih canggih, mereka tak akan menggunakan batu untuk meledakkan tank baja.
Tentu kalian senang dengan ucapan sebagian saudaraku itu. Berharap umat Islam ikut mencela dan tak lagi punya simpati kepada warga Palestina yang terdesak penjajahan. Dan kebiadan yang kalian lakukan pun tak terusik.
Seiring waktu, para pejuang Palestina semakin berkembang kemampuan perangnya. Mereka bisa membuat senjata sendiri. Termasuk merakit bom. Hanya saja, kemampuan mereka belum memadai untuk membikin pelontar. Sementara pemukiman mereka terus digusur, tanah dirampas, anggota keluarga dibunuh, dan masjid dirobohkan demi pendudukan illegal zionis Yahudi.
Ketiadaan alat pelontar membuat mereka terpaksa membawa sendiri bom yang telah dirakit untuk diledakkan di dekat mereka. Ada resiko besar, tubuh mereka ikut terkena bom hingga syahid. Tapi pejuang Palestina tak peduli dengan resiko tersebut. Mereka dengan berani meledakkan bom-bom itu, membuat kerugian besar di tengah kalian wahai Israel, dan membuat kalian ketakutan bukan kepalang.
Lantas sebagian saudaraku itu kembali mencela bentuk perjuangan tadi. Dikatakannya itu adalah bom bunuh diri. Kematian mujahid Palestina disebut sebagai mati konyol. Tentu kalian senang. Karena dengan begitu umat muslim ikut mencela dan tidak punya simpati dengan perjuangan bangsa Palestina. Dan penjajahan yang kalian lakukan pun tak terusik.
Kini aksi bom syahid sudah ditinggal oleh para pejuang yang telah mampu membuat roket. Persenjataan pun semakin canggih. Bahkan lontaran roketnya sudah ada yang mampu mencapai ibu kota kalian, di Tel Aviv. Pada perang terakhir, pertahanan yang kalian beri nama “kubah besi” remuk oleh roket-roket mereka. Dunia mengejek kalian dengan istilah “kubah kertas”. Kalian coba serangan darat ke Gaza, kandas juga. Akhirnya kalian pun terpaksa meminta perdamaian.
Tapi sebagian saudaraku itu tak berhenti nyinyir. Terbaru, mereka menuduh mujahid Palestina lah yang memprovokasi Israel dengan lemparan-lemparan roket itu. Lagi-lagi pejuang yang disalahkan. Kalian tentu senang dengan ucapan mereka.
Tak lupa juga, mereka membuat analisa ngawur bahwa jihad yang dilakukan pejuang Palestina tidak sesuai syariat Islam. Makin menambah rasa bahagia kalian, wahai musuhku Israel, kepada sebagian saudara seimanku itu.
Ketika umat Islam di belahan bumi lain melakukan demonstrasi dan turun kejalan mengecam perbuatan kalian, mereka mengeluarkan fatwa haramnya demonstrasi. Dituduhnya demonstran itu khawarij yang halal ditumpahkan darahnya. Tentu kalian senang bila orang yang mengusik penjajahan ditumpas. Mereka juga mengejek aksi demonstrasi itu tak mengubah nasib Palestina. Tentu kalian senang bila masyarakat dunia tidak disadarkan akan kekejian kalian.
Melengkapi itu semua, mereka keluarkan fatwa larangan mencaci Israel. Alasannya karena Israel itu nama seorang Nabi. Alasan yang mengada-ngada karena telah mafhum kaidah fiqh, sesuatu dinilai berdasarkan maksudnya. Tentu kalian makin senang saat orang tak berani mencaci nama negara kalian.
Karena itu berterima kasihlah wahai musuhku, Israel, atas jasa-jasa sebagian saudaraku kepada kalian yang mengganggu aksi anti penjajahan.
Abu Raudhah
Terinspirasi oleh status facebook seorang ustadz
Post a Comment