Sari Roti dan Starbucks Korban Dahsyatnya Aksi Boikot Umat. Siapa Berikutnya?
Seruan boikot umat Islam terhadap Sari Roti dan Starbucks masih dipandang sebelah mata. Aksi tersebut dianggap tidak akan berpengaruh. Namun faktanya kini berbeda. Sari Roti mengalami penurunan laba dan nilai jual saham Starbucks anjlok. Kekuatan umat tak bisa diremehkan.
Seperti diberitakan, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, (ROTI) mencatatkan penurunan pendapatan di kuartal pertama tahun 2017 sebesar 1,3% menjadi
menjadi Rp 602 miliar di kuartal pertama tahun 2017. Sebelumnya di kuartal I-2016, ROTI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 610 miliar.
Laba anak perusahaan PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) ini juga mencatatkan penurunan yang signifikan menjadi Rp 27 miliar di kuartal I-2016. Pada kuartal I-2017 yang lalu, laba ROTI mencatatkan penurunan sebesar 67% lantaran sebelumnya perusahaan mencatatkan laba sebesar Rp 86 miliar di tahun 2016 yang lalu.
Retur penjualan Sari Roti meningkat cukup tajam. Hal ini disinyalir menyebabkan penurunan yang signifikan dari pendapatan Sari Roti. Retur penjualan Sari Roti di kuartal 1 2017 adalah sebesar Rp 144 miliar atau meningkat sebesar 74% dibandingkan dengan kuartal 1 2016 yang berada di angka Rp 82 miliar.
Menariknya, periode penurunan laba dan meningkat tajamnya retur penjualan Sari Roti terjadi usai gerakan boiikot umat Islam yang ikut Aksi 212 yakni Januari-Maret 2017. Kesan kuat aksi boikot menjadi penyebabnya tak bisa dihindarkan.
Seperti diketahui, umat Islam melakukan aksi boikot terhadap Sari Roti karena klarifikasi perusahaan terkait pembagian roti gratis saat Aksi 212 yang viral di media sosial.
Awalnya pujian datang kepada Sari Roti. Namun begitu perusahaan memberikan bantahan, umat Islam sontak berang dan mengampanyekan boikot. Berikut cuplikan klarifikasinya.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. senantiasa berkomitmen menjaga Nasionalisme, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika dengan senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan kebanggaan Indonesia.
Dengan tidak mengurangi apresiasi kami atas Aksi Super Damai kemarin, dengan ini kami sampaikan bahwa PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. tidak terlibat dalam semua kegiatan politik. Kemunculan informasi mengenai pembagian produk Sari Roti secara gratis oleh penjual roti keliling (hawker tricycle), merupakan kejadian yang berada diluar kebijakan dan tanpa seijin PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dengan ini PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. menyampaikan bahwa:
Produk Sari Roti tersebut adalah produk yang dibeli oleh salah seorang Konsumen melalui salah satu Agen yang berlokasi di Jakarta.
Pihak Pembeli meminta agar produk tersebut dapat diantarkan ke area pintu masuk Monas dan dipasangkan tulisan “gratis” tanpa pengetahuan dan perijinan dari pihak PT Nippon Indosari Corpindo Tbk.
Lalu muncul Starbucks. Sang CEO Howard Mark Schultz mendukung kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Ketika pertemuan dengan para pemilik saham Starbucks, Schultz secara tegas mempersilakan para pemegang saham yang tidak setuju dengan pernikahan sejenis angkat kaki dari Starbucks.
Seruan boikot menggema. Di Indonesia, ajaka itu disampaikan langsung oleh Muhammadiyah. Dampaknya langsung terlihat.
Saham PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) Selasa, 5 Juli kembali melanjutkan pelemahannya. Setelah kemarin ditutup melemah 2,54% ke level Rp 3.070, hari ini saham MAPB kembali melanjutkan pelemahan. Pada pembukaan tadi saham ini sempat menguat hingga menyentuh level Rp 3.130, namun pada pukul 10.08 JATS saham jatuh ke level Rp 2.920 per saham.
Sementara saham sang induk yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) saat ini berada di level yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun pada pembukaan perdagangan tadi saham MAPI sempat menguat ke level Rp 6.850 per saham.
Sekadar informasi MAPB bergerak di bidang food and beverage yang memegang lisensi beberapa merek dagang ternama, seperti Starbucks, Pizza Express, Krispy Kreme, Cold Stone dan GODIVA Chocolates.
Kekuatan umat tak lagi bisa diremehkan karena berdampak dahsyat. Sari Roti dan Starbucks telah menjadi korbannya. Siapa berikutnya? (Wyn/Wajada)
Post a Comment