Jangan Ada Lagi Pemimpin Boneka
Istilah "pemimpin boneka" mulai terkenal sejak tahun 2014. Beberapa bulan lalu, sebuah lembaga survey merilis hasil penilitiannya yang juga menyinggung istilah pemimpin boneka ini. Tentang apa yang disurvey, saya tidak tega menyebutnya. Ada google, cari sendiri.
Istilah ini ditujukan untuk seseorang yang diberi kursi kekuasaan, tetapi hanya menjadi wayang bagi dalang di belakangnya. Ia tak lebih hanya sebagai kepanjangan tangan satu atau sekelompok orang yang memanfaatkan kekuasaan itu untuk kepentingan mereka sendiri. Paham lah ya.
Seperti yang terjadi di sebuah negeri antah berantah, seorang dalang bisa menitipkan putrinya menjadi mentri kepada presiden negara tersebut, walau pun putrinya itu tak memiliki kecakapan apa-apa. Si wayang patuh, dan kursi menteri anak wanita si dalang tak goyah sedikit pun. Atau si dalang yang tak menjabat apa-apa bisa eksis hadir di acara negara, peresmian besar, dll.
Kita semua tidak akan suka dengan model pemimpin begini. Karena ia akan memprioritaskan golongannya atau kemauan dalangnya daripada kepentingan negara.
Apakah Anda merasakan adanya fenomena ini di negara kita? Kalau iya, apakah Anda rela bila muncul lagi pemimpin-pemimpin yang bisa disetir oleh sekelompok orang?
Saya sih tidak mau. Tapi bahwa sebuah daerah di negeri ini terancam dikuasai oleh pemimpin boneka, sudah ada di depan mata.
Jadi ceritanya, ada seorang yang berniat jadi gubernur yang direkam diam-diam saat berbicara di hadapan pengurus pesantren. Kala itu ia mengaku terpaksa menerima pinangan sebuah partai karena takut dengan lembaga kejaksaan yang dikuasai oleh partai itu. Rekaman ini sudah banyak beredar, dan orang itu sudah mengakuinya dan memberi klarifikasi (dengan gaya ngeles).
Nah, kejujurannya inilah yang membuat dia bisa menjadi pemimpin boneka kalau terpilih jadi gubernur. Khalayak bertanya-tanya, kenapa dia takut sama kejaksaan? Emang ada masalah?
Di rekaman itu dia bilang, orang yang bersih pun bisa jadi tersangka. Apakah dia bersih? Entahlah. Tapi kalau pun dia bersih, patut kah dia takut dan jadi bak kerbau dicokok hidung oleh partai itu?
Sangat tidak pantas. Kelak, rasa takutnya itu akan menjadi tuding (sebutan untuk alat menggerakkan wayang golek) bagi pihak yang menyetir dia bila berhasil menjadi pemimpin.
Kalau Anda tidak mau ada lagi pemimpin boneka, mari cegah dia jadi gubernur!
Dovan Ali Rizci
Post a Comment