Jabat Tangan Raja Salman-Ahok dan Logika Sesat Pendukungnya
Jujur saja, sore ini saya menahan tawa saat membaca berita berjabat tangannya Raja Salman dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Bandara Halim Perdana Kusuma. Lahir kehebohan di media sosial. Ujung-ujungnya, nama Habib Rizieq Shihab terseret yang membuat saya menahan geli.
Bagaimana tidak? Para pendukung Ahok bersorak-sorai bagai sudah menang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Beragam komentar, gambar dan berita berjubelan di media sosial.
Sebuah situs berita yang selama ini menjadi "die hard" nya Ahok menulis judul begini:
1. Ikut Sambut Raja Salman, Ahok "Tampar" Rizieq dengan Elegan.
2. Terjawab Ahok Bertemu Raja Salman, FPI Segeralah Taubat
Lalu ada seorang penulis berinisial DS dengan menuliskan peristiwa tersebut dengan nada nyinyir. Dan mentoknya ke Habieb Rizieq.
Mereka berkoar-koar bahwa akhirnya seorang Raja Salman, Penjaga Dua Kota Suci mau bersalaman dengan Ahok yang oleh Habib Rizieq disebut sebagai penista agama. Ini dianggap sebagai pengakuan Raja Salman kepada Ahok dan di sisi lain tidak mengakui keberadaan Habib Rizieq dan kawan-kawan.
Semua ini bagi saya logika yang menyesatkan dan sangat dangkal. Saya akan membantah klaim "kemenangan" mereka dengan dua logika sederhana.
1. Logika Protokoler Ketatanegaraan
UU Nomor 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota. Di dalam UU dimaksud ada 2 hal yang diatur tentang kedudukan protokoler Gubernur DKI.
1) Gubernur dapat menghadiri Sidang Kabinet yang menyangkut Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2) Mendampingi Presiden dalam acara kenegaraan sesuai dengan ketentuan per - undang undangan yang berlaku.
Sesuai dengan ketentuan UU tesebut dan sejalan dengan kebiasaan dan kelajiman yang berlaku maka Gubernur DKI akan ikut mendampingi Presiden ketika menyambut tamu negara. Karena itulah maka Ahok yang sampai sekarang masih dijadikan gubernur meski terdakwa harus mendampingi Presiden Joko Widodo saat menyambut Raja Salman.
Jika saat ini gubernurnya Habib Rizieq yang berstatus tersangka penodaan Pancasila dan ada Donald Trump yang berkunjung ke Indonesia, sudah bisa dipastikan Jokowi akan didampingi Habie Rizieq. Jadi, apa istimewanya peristiwa Ahok menyambut Raja Salman?
2. Logika Geografi
Dulu saat masih SD, saya sering main bola di lapangan komplek Halim Perdana Kusuma. Dan seingat saya, bandara tersebut masih belum pindah ke Banten atau Bekasi. Hingga kini masih ada di wilayah Kotamadya Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
Karena Ahok masih gubernur walau berstatus terdakwa penistaan agama, maka dia yang berhak mendampingi Presiden Jokowi. Tidak mungkin pemerintah pusat meminta Gubernur Banten Rano Karno atau Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan ikut menyambut Raja Salman.
Ini adalah kunjungan kenegaraan. Government to Government (G to G). Jadi ada aturan protokoler yang harus diikuti oleh tuan rumah dan apalagi tamunya. Kebersediaan Raja Salman disambut Ahok harusnya diberi apresiasi karena selama ini para pendukung Ahok mencibir Arab Saudi sebagai wahabi yang identik dengan stigma jumud, radikal, tidak demokratis, anti kebhinekaan dan fundamentalis.
Tapi faktanya tidak demikian. Hari ini Raja Salman justru menunjukkan akhlak yang tak seperti diopinikan oleh kaum Liberal dan Sekuler yang kebetulan menjadi pendukung fanatik Ahok.
Jadi, sesungguhnya ini bukan "tamparan" buat Habib Rizieq. Justru, para Ahokerlah yang harusnya "tertampar" dengan sikap Raja Salman.
Kalau pun tidak merasa demikian, ya tidak masalah. Asal mereka tidak melarang saya tertawa melihat tingkah polahnya yang selalu mengaitkan banyak hal dengan Habib Rizieq. Karena saya ingat cuitan Prof Mahfud MD di twiternya:
Kata presiden kenaikan biaya STNK/BPKB terlalu tinggi. Polri dan Kemenkeu mengaku bkn pihak yg menetapkannya. Salahnya Habib Riziq. Hahaha.
Erwyn Kurniawan
Post a Comment