Banyak Ilmu Baru di Sekolah Pemikiran Islam
Rabu malam (15/03/17) dilangsungkan pertemuan ke-2 kursus singkat Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta di Aula INSISTS, Kalibata Utara, Jakarta Selatan. Tema “Ghazwul Fikri” yang diangkat, ditambah kehadiran hampir seluruh peserta SPI Angkatan 2017 menjadikan suasana kelas ramai dan semarak.
Kajian Ghazwul Fikri ini langsung disampaikan oleh pendiri SPI, Akmal Sjafril, M.Pd.I. Dalam penyampaiannya, Akmal menegaskan tentang urgensi kesadaran dan kesiapan setiap muslim menghadapi perang pemikiran yang sejatinya terus berkecamuk.
“Layaknya dalam kondisi perang fisik yang tidak bisa memilih ikut andil atau tidak, begitupun dalam perang pemikiran, kita tidak bisa menghindar darinya,” ungkap Akmal.
Akmal pun menjelaskan bahwa faktor utama kekalahan umat dalam perang pemikiran saat ini adalah karena umat ini tidak bersikap seperti dalam keadaan berperang.
“Padahal jika kembali kepada sejarah, ghazwul fikri ini bukan merupakan fenomena baru. Perang pemikiran telah berlangsung sejak lama, bahkan sejak jamannya Iblis dan Adam,” tuturnya.
Ada sejumlah perbedaan yang sangat mendasar antara perang fisik dan perang pemikiran. Misalnya dalam perang fisik, yang digunakan adalah senjata seperti senapan, peluru, bom, rudal, nuklir dan semacamnya. Adapun dalam perang pemikiran, senjatanya adalah buku, propaganda, film, lembaga pendidikan, seminar, dan sebagainya.
“Hasilnya pun berbeda. Dalam perang fisik, jika menang maka mendapatkan harta dan kemuliaan, jika kalah maka berpotensi menjadi syuhada. Namun lain halnya dalam perang pemikiran; jika menang maka terhormat, namun jika kalah maka akan menjadi budak dan boneka musuh,” ungkap Akmal lagi.
Di akhir pemaparannya, Akmal menjelaskan tiga instrumen yang sangat efektif untuk digunakan dalam perang pemikiran, yaitu media massa, pendidikan dan aspek sosial-budaya.
“Untuk menghadapi segala serangan, senjata yang paling ampuh untuk melawan balik adalah ilmu kita sendiri. Kita harus lebih pandai daripada musuh,” pungkas Akmal.
“Sangat mengerikan pembahasan malam ini. Semuanya ilmu baru bagi saya, kayaknya juga baru bagi para peserta lain. Ternyata perang pemikiran sudah menggurita di negeri kita, hampir semua elemen sudah diserang dan dikuasai oleh musuh. Rasanya kita bahkan nggak sadar sedang perang, Astaghfirullaah,” tutur salah seorang peserta SPI. (Supendi)
Post a Comment