Jazakumullah, Pendukung Agus-Sylvi
Teruntuk saudaraku pemilih Agus-Sylvi di Pilkada Jakarta 15 Februari 2017 lalu.
Tuntas sudah, meski baru satu langkah, pembuktian keimanan kalian di hadapan Allah dalam bilik suara kemarin. Ketika jari kalian menghindar dari sepasang gambar tokoh yang telah nyata menyengsarakan masyarakat Jakarta dengan kebijakan penggusurannya, kebijakan reklamasinya, dan lain sebagianya. Kalian percaya pada nama baru yang lebih memiliki harapan.
Meski kini ramai suara-suara yang melaporkan hasil quick count beberapa lembaga survey. Dalam hasil di mana pilihan kalian terancam besar tak melangkah ke putaran kedua. Mungkin kita bisa bilang, jangan percaya quick count tapi tunggu hasi real count. Namun kenyataannya hasil quick count beberapa lembaga survey cukup kompak, dan quick count itu sendiri dilakukan dengan metode ilmiah.
Bukan bermaksud memastikan apa yang akan terjadi, tetapi anggaplah pasangan nomor satu Agus-Sylvi gagal melenggang ke putaran kedua, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan:
1. Bila pilihan kalian kemarin karena rasa kemanusiaan, maka peliharalah rasa itu. Kalian sudah saksikan bagaimana kejamnya penggusuran, bagaimana tak manusiawinya pembangunan pulau reklamasi yang membuat nelayan terganggu mata pencahariannya. Karena itu mohon lanjutkan perjuangan kalian. Di putaran kedua nanti, tetaplah pergi ke TPS dan bantulah mengalahkan pemimpin yang kejam itu.
2. Bila pilihan kalian kemarin karena keimanan, maka saya ucapkan jazakumullah khoiron katsiron. Semoga Allah membalas amal kalian. Taqobalallahu minkum. Semoga Allah menerima amal kalian. Lalu, mohon lanjutkan pembuktian keimanan itu. Pada putaran kedua nanti, pergilah ke TPS dan upayakanlah agar pemimpin muslim yang berkualitas yang memimpin Jakarta ini.
3. Bila kalian kurang sreg dengan pasangan muslim lain, dalam hal ini Anies Baswedan - Sandiaga Uno, maka beramallah sekali lagi dengan menghindari kemudhorotan yang lebih besar. Kadang kala kita dihadapi dua pilihan yang tidak mengenakkan, tanpa alternatif lain. Maka di situ kita harus mendahulukan akal dari perasaan, menimbang skala keburukan dari pilihan-pilihan itu, lalu memilih yang paling ringan. Insya Allah itu bentuk ijtihad yang bila benar mendapat dua pahala, bila salah mendapat satu pahala.
Insya Allah apa yang telah diupayakan kemarin bukanlah sebuah kesiaan. Belum tentu sesuatu yang tidak kita sukai itu buruk buat kita. Kita hanya diminta menggenapkan amal dengan terus berbaiksangka kepada Allah swt. Karena Allah punya rencana sendiri untuk orang-orang zhalim tanpa kita ketahui.
Zico Alviandri
Post a Comment